WWW.INISIAL.CO.CC   Rasulullah bersabda (yang artinya), "Sesungguhnya Islam pertama kali muncul dalam keadaaan asing dan nanti akan kembali asing sebagaimana semula. Maka berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba')."(hadits shahih riwayat Muslim) "Berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba'). (Mereka adalah) orang-orang shalih yang berada di tengah orang-orang yang berperangai buruk. Dan orang yang memusuhinya lebih banyak daripada yang mengikuti mereka."(hadits shahih riwayat Ahmad) "Berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba'). Yaitu mereka yang mengadakan perbaikan (ishlah) ketika manusia rusak."(hadits shahih riwayat Abu Amr Ad Dani dan Al Ajurry)
Yang MEROKOK, dilarang buka blog saya...!!! image Klik! untuk mampir ke blog saya SILAKAN KLIK!
تبرئة العلامة الهرري مما افتراه عليه المدعو عبد الرحمن دمشقية في كتابه المسمى "الحبشي شذوذه وأخطاؤه"  والكتاب المسمى "بين أهل السنة وأهل الفتنة" وغيرهما من الإصدارات من مناشير وشرط  

TENTANG SEPULUH HARI TERAKHIR BULAN RAMADHAN

TENTANG SEPULUH HARI TERAKHIR BULAN
RAMADHAN

alam Shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiallahu
'anha, ia berkata :
"Bila masuk sepuluh (hari terakhir bulan
Ramadhan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mengencangkan kainnya menjauhkan diri dari menggauli
istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan
Keluarganya. " Demikian menurut lafazh Al-Bukhari.
Adapun lafazh Muslim berbunyi : "Menghidupkan malam(nya),
membangunkan keluarganya, dan bersungguh-sungguh serta
mengencangkan kainnya.
Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah
radhiallahu ’anha : "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersungguh-sungguh dalam sepuluh (hari) akhir (bulan
Ramadhan), hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya. "
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengkhususkan sepuluh
hari terakhir bulan Ramadhan dengan amalan-amalan yang
tidak beliau lakukan pada bulan-bulan yang lain, di antaranya:
1. Menghidupkan malam: Ini mengandung kemungkinan bahwa
beliau menghidupkan seluruh malamnya, dan kemungkinan
pula beliau menghidupkan sebagian besar daripadanya.
Dalam Shahih Muslim dari Aisyah radhiallahu 'anha, ia
berkata: "Aku tidak pernah mengetahui Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam shalat malam hingga pagi."
Diriwayatkan dalam hadits marfu' dari Abu Ja'far Muhammad
bin Ali : "Barangsiapa mendapati Ramadhan dalam keadaan
sehat dan sebagai orang muslim, lalu puasa pada siang
harinya dan melakukan shalat pada sebagian malamnya,
juga menundukkan pandangannya, menjaga kemaluan, lisan
dan tangannya, serta menjaga shalatnya secara berjamaah
dan bersegera berangkat untuk shakat Jum'at; sungguh ia
telah puasa sebulan (penuh), menerima pahala yang
sempurna, mendapatkan Lailatul Qadar serta beruntung
dengan hadiah dari Tuhan Yang Mahasuci dan Maha tinggi. "
Abu Ja 'far berkata: Hadiah yang tidak serupa dengan
hadiah-hadiah para penguasa. (HR. Ibnu Abid-Dunya).
2. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membangunkan
keluarganya untuk shalat pada malam-malam sepuluh hari
terakhir, sedang pada malam-malam yang lain tidak.
Dalam hadits Abu Dzar radhiallahu 'anhu disebutkan:
"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam
melakukan shalat bersama mereka (para sahabat) pada
malam dua puluh tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua
puluh tujuh (27) dan disebutkan bahwasanya beliau
mengajak (shalat) keluarga dan isteri-isterinya pada malam
dua puluh tujuh (27) saja. "
Ini menunjukkan bahwa beliau sangat menekankan dalam
membangunkan mereka pada malam-malam yang
diharapkan turun Lailatul Qadar di dalamnya.
At-Thabarani meriwayatkan dari Ali radhiallahu 'anhu :
"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
membangunkan keluarganya pada sepuluh akhir dari bulan
Ramadhan, dan setiap anak kecil maupun orang tua yang
mampu melakukan shalat. "
Dan dalam hadits shahih diriwayatkan : "Bahwasanya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengetuk (pintu)
Fathimah dan Ali radhiallahu 'anhuma pada suatu malam
seraya berkata: Tidakkah kalian bangun lalu mendirikan
shalat ?" (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Beliau juga membangunkan Aisyah radhiallahu 'anha pada
malam hari, bila telah selesai dari tahajudnya dan ingin
melakukan (shalat) witir.
Dan diriwayatkan adanya targhib (dorongan) agar salah
seorang suami-isteri membangunkan yang lain untuk
melakukan shalat, serta memercikkan air di wajahnya bila
tidak bangun). (Hadits riwayat Abu Daud dan lainnya,
dengan sanad shahih.)
Dalam kitab Al-Muwaththa' disebutkan dengan sanad shahih,
bahwasanya Umar radhiallahu 'anhu melakukan shalat
malam seperti yang dikehendaki Allah, sehingga apabila
sampai pada pertengahan malam, ia membangunkan
keluarganya untuk shalat dan mengatakan kepada mereka:
"Shalat! shalat!" Kemudian membaca ayat ini : "Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. " (Thaha: 132).
3. Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
mengencangkan kainnya. Maksudnya beliau menjauhkan diri
dari menggauli isteri-isterinya. Diriwayatkan bahwasanya
beliau tidak kembali ke tempat tidurnya sehingga bulan
Ramadhan berlalu.
Dalam hadits Anas radhiallahu 'anhu disebutkan : "Dan
beliau melipat tempat tidurnya dan menjauhi isteri-isterinya
(tidak menggauli mereka).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beri'tikaf pada malam
sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Orang yang beri'tikaf
tidak diperkenankan mendekati (menggauli) isterinya
berdasarkan dalil dari nash serta ijma'. Dan
"mengencangkan kain" ditafsirkan dengan bersungguhsungguh
dalam beribadah.
4. Mengakhirkan berbuka hingga waktu sahur. Diriwayatkan
dari Aisyah dan Anas uadhiallahu 'anhuma, bahwasanya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada malam-malam
sepuluh (akhir bulan Ramadhan) menjadikan makan malam
(berbuka)nya pada waktu sahur.Dalam hadits marfu' dari
Abu Sa'id radhiallahu 'anhu, ia berkata :
"Janganlah kalian menyambung (puasa). Jika salah seorang
dari kamu ingin menyambung (puasanya) maka hendaknya
ia menyambung hingga waktu sahur (saja). " Mereka
bertanya: "Sesungguhnya engkau menyambungnya wahai
Rasulullah ?"Beliau menjawab: "Sesungguhnya aku tidak
seperti kalian. Sesungguhnya pada malam hari ada yang
memberiku makan dan minum. "(HR. Al-Bukhari)
Ini menunjukkan apa yang dibukakan Allah atas beliau
dalam puasanya dan kesendiriannya dengan Tuhannya, oleh
sebab munajat dan dzikirnya yang lahir dari kelembutan dan
kesucian beliau. Karena itulah sehingga hatinya dipenuhi Al-
Ma'ariful Ilahiyah (pengetahuan tentang Tuhan) dan Al-
Minnatur Rabbaniyah (anugerah dari Tuhan) sehingga
mengenyangkannya dan tak lagi memerlukan makan dan
minum.
5. Mandi antara Maghrib dan Isya'. Ibnu Abi Hatim
meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu 'anha : "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam jika bulan Ramadhan (seperti
biasa) tidur dan bangun. Dan manakala memasuki sepuluh
hari terakhir beliau mengencangkan kainnya dan
menjauhkan diri dari (menggauli) isteri-isterinya, serta
mandi antara Maghrib dan Isya."
Ibnu Jarir rahimahullah berkata, mereka menyukai mandi
pada setiap malam dari malam-malam sepuluh hari terakhir.
Di antara mereka ada yang mandi dan menggunakan
wewangian pada malam-malam yang paling diharapkan
turun Lailatul Qadar.
Karena itu, dianjurkan pada malam-malam yang diharapkan
di dalamnya turun Lailatul Qadar untuk membersihkan diri,
menggunakan wewangian dan berhias dengan mandi
(sebelumnya), dan berpakaian bagus, seperti dianjurkannya
hal tersebut pada waktu shalat Jum'at dan hari-hari raya.
Dan tidaklah sempurna berhias secara lahir tanpa dibarengi
dengan berhias secara batin. Yakni dengan kembali (kepada
Allah), taubat dan mensucikan diri dari dosa-dosa. Sungguh,
berhias secara lahir sama sekali tidak berguna, jika ternyata
batinnya rusak.
Allah tidak melihat kepada rupa dan tubuhmu, tetapi Dia
melihat kepada hati dan amalmu. Karena itu, barangsiapa
menghadap kepada Allah, hendaknya ia berhias secara
lahiriah dengan pakaian, sedang batinnya dengan taqwa.
Allah Ta'ala berfirman :
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan
kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian
indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling
baik. " (Al-A'raaf: 26).
6. I'tikaf. Dalam Shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiallahu
'anha : Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
senantiasa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari
Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau. "
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan i'tikaf pada
sepuluh hari terakhir yang di dalamnya dicari Lailatul Qadar
untuk menghentikan berbagai kesibukannya, mengosongkan
pikirannya dan untuk mengasingkan diri demi bermunajat
kepada Tuhannya, berdzikir dan berdo'a kepada-Nya.
Adapun makna dan hakikat i'tikaf adalah:
Memutuskan hubungan dengan segenap makhluk untuk
menyambung penghambaan kepada AI-Khaliq.
Mengasingkan diri yang disyari'atkan kepada umat ini yaitu
dengan i'tikaf di dalam masjid-masjid, khususnya pada bulan
Ramadhan, dan lebih khusus lagi pada sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan. Sebagaimana yang telah dilakukan Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam.
Orang yang beri'tikaf telah mengikat dirinya untuk taat
kepada Allah, berdzikir dan berdo'a kepada-Nya, serta
memutuskan dirinya dari segala hal yang menyibukkan diri
dari pada-Nya. Ia beri'tikaf dengan hatinya kepada
Tuhannya, dan dengan sesuatu yang mendekatkan dirinya
Menghidupkan 10 Malam Terakhir Ramadhan
kepada-Nya. Ia tidak memiliki keinginanlain kecuali Allah dan
ridha-Nya. Sembga Alllah memberikan taufik dan inayah-Nya
kepada kita. (Lihat kitab Larhaa'iful Ma'aarif, oleh Ibnu
Rajab, him. 196-203)

0 komentar:

Labels

comment

Artikel cari disini

Download E book

Hire Me Direct
eXTReMe Tracker