WWW.INISIAL.CO.CC   Rasulullah bersabda (yang artinya), "Sesungguhnya Islam pertama kali muncul dalam keadaaan asing dan nanti akan kembali asing sebagaimana semula. Maka berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba')."(hadits shahih riwayat Muslim) "Berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba'). (Mereka adalah) orang-orang shalih yang berada di tengah orang-orang yang berperangai buruk. Dan orang yang memusuhinya lebih banyak daripada yang mengikuti mereka."(hadits shahih riwayat Ahmad) "Berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba'). Yaitu mereka yang mengadakan perbaikan (ishlah) ketika manusia rusak."(hadits shahih riwayat Abu Amr Ad Dani dan Al Ajurry)
Yang MEROKOK, dilarang buka blog saya...!!! image Klik! untuk mampir ke blog saya SILAKAN KLIK!
تبرئة العلامة الهرري مما افتراه عليه المدعو عبد الرحمن دمشقية في كتابه المسمى "الحبشي شذوذه وأخطاؤه"  والكتاب المسمى "بين أهل السنة وأهل الفتنة" وغيرهما من الإصدارات من مناشير وشرط  

Antara Aqidah dan Manhaj

Antara Aqidah dan Manhaj


Tidaklah ragu bahwa sebagian da'i manhaj dakwah yang baru (yaitu
dakwah yang mengikuti salaf dalam pokok-pokok aqidah saja, tidak dalam
seluruh sisi agama) bersepakat dengan kita dalam "pokok-pokok aqidah",
artinya mereka mengakui aqidah sesuai dengan metode ulama salaf, baik
yang berkaitan dengan tauhid uluhiyah, tauhid asma 'wa shifat dan
berbagai pembahasan iman yang lain.
Saya katakan "pokok-pokok aqidah" karena di sana ditemukan perbedaan
dalam menerapkan beberapa rincian aqidah. Misalnya tauhid uluhiyah
dengan tauhid hakimiyah/mulkiyah. (pendapat) yang membedakan dua
tauhd diatas, di zaman ini, mula-mula dinukil dari tulisan-tulisan Abul A'la
al Maududi, Sayid Qutb, kemudian saudaranya, yaitu Muhammad Qutb,
dan orang-orang yang mengikuti mereka.
Para da'i itu mengambil pendapat mereka, yang hal ini sesuai dengan
hasrat para pemuda yang sedang tumbuh semangat dan emosi mereka.
Mereka senang mendapatkannya, menjadikannya sebagai tema dakwah
serta simbol manhaj mereka.
Andaikan mereka mau sejenak merenungkan, niscaya akan mengetahui
kesalahan istilah tauhid hakimiyah dari dua segi: (1) Istilah tersebut
adalah istilah baru yang tidak ada faedahnya, kecuali hanya membesarbesarkan
beberapa masalah daripada masalah-masalah lainnya. (2)
Tauhid hakimiyah,yang menurut mereka adalah makna dari firman Allah:
"Tidaklah menetapkan hukum itu melainkan hak Allah" (Al-
An'aam:57)
adalah bagian dari keumuman makna tauhid uluhiyah. Ini adalah suatu
yang sangat jelas. Kalau demikian, membedakannya adalah perbuatan
sia-sia.
Tauhid uluhiyah adalah aspek paling penting dalam dakwah para Rasul
sebagaimana yang dipaparkan al-Quran. Tauhid ini merupakan tema
konflik yang terjadi antara para Rasul dengan para penentang dan musuh
mereka di setiap umat. Tauhid ini hingga sekarang menjadi tema konflik
antara pembela kebenaran dan pendukung kesesatan. Bahkan mungkin
hal ini akan terus berlangsung sampai hari kiamat. Sebagai ujian bagi ahli
waris para Rasul dan sebagai sarana untuk meninggikan kedudukan
mereka di hadapan Allah.
Pemisahan tauhid uluhiyah dengan hakimiyah ini menyebabkan prioritas
dakwah Islam menjadi berantakan. Dalam kitab "Al-Usus Al-Akhlaqiyyah"
Al-Maududi menyatakan: "Tujuan hakiki agama (Islam) adalah
menegakkan sistem imamah/kepemimpinan yang shalih lagi terbimbing".
Ini adalah ucapan yang tidak berdasar, karena tujuan hakiki agama ini,
tujuan penciptaan jin dan manusia, tujuan para Rasul diutus dan tujuan
berbagai kitab samawi diturunkan adalah beribadah kepada Allah dan
memurnikan ketundukan kepadaNya.
Meski demikian, bentuk perpecahan nampak jelas dalam manhaj dan
metode yang ditempuh para da'i tersebut untuk mewujudkan aqidah dan
tujuannya.
Inilah titik perbedaan antara dakwah salafiyah dengan dakwah-dakwah
lainnya, yang hanya mengadopsi aqidah salafiyah namun menyelisihi
manhajnya.
Untuk mengetahui perbedaan aqidah dengan manhaj, saya katakan:
Allah Ta'ala berfirman:
'Untuk setiap kalian, kami jadikan manhaj dan syariat yang
berlainan' (Al Maidah:48).
Ibnu Abbas berkata, 'Jalan dan sunnah'(Lalikai:66, Thabari 6/271).
Ibnu Katsir dalam tafsirnya 2/105 menyatakan, 'Ayat ini berisi informasi
tentang berbagai umat yang berbeda-beda agamanya, dari sisi perbedaan
syariat dalam hukum amaliah, tetapi sama dalam masalah tauhid'.
Jadi ayat ini mengisyaratkan kesatuan dakwah para Nabi dalam aspek
tauhid dan perbedaan mereka dalam manhaj, jalan dan metode.
'Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat
(peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syariat itu'. (Al
Jatsiyah:18).
Sufyan bin Husain menyatakan (berada di atas suatu syariat), yaitu: 'di
atas Sunnah' (Thabari 6/27 1).
Walhasil syariat Islam ini memilih manhaj yang jelas, kita diperintahkan
untuk menikutinya, yaitu jalan orang-orang beriman. Manhaj ini secara
dangat gamblang telah dinyatakan oleh Allah dalam Al Quran. Bahkan
Allah mendorong untuk mengikutinya dan mencela keras orang yang
menyelisihinya, sebagaimna dalam firmanNya:
'Barangsiapa menentang rasul setelah jelas baginya petunjuk/ilmu dan
menempuh bukan jalan orang-orang beriman, maka Kami akan palingkan ia
ke mana ia mau, dan Kami akan memasukkannya ke dalam jahanam. Itulah
sejelek-jelek tempat kembali'. (an-Nisaa':15).
Ini merupakan penjelasan yang sangat gambalang dan hujjah yang
sangat kuat bagi para hambaNya untuk menyatakan kewajiban
menempuh jalan orang-orang yang beriman. Allah juga mengancam
kepada orang yang keluar dari jalan orang-orangyang beriman dan
menempuh selain jalan mereka. Allah akan meninggalkan mereka di
dunia, dan akan menyiksanya di akhirat nanti dengan azab yang
menyakitkan.

0 komentar:

Labels

comment

Artikel cari disini

Download E book

Hire Me Direct
eXTReMe Tracker