Oleh Ustadz Dzulqornain
Tanya
Assalamualaikum,
Ustadz semoga selalu diberi kebaikan dan keberkahan dari Allah,
mohon penjelasan tentang buku ihya ulumuddin, apakah boleh membacanya?
rekomendasi ustadz, beberapa contoh-contoh buku tazkiyatun nafs
yang boleh dibaca ?
terima kasih atas jawabannya.
Jawab oleh Ustadz Dzulqornain:
Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Berkaitan dengan Buku Ihya Ulumuddin Karya Abu Hamid Al-Ghazaly,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “…Adapun Ihya, terdapat
padanya banyak faeidah. Akan tetapi, terdapat (juga) padanya sejumlah
materi yang tercela.
Padanya terdapat materi-materi rusak dari pembicaraan orang-orang
filsafat berkaitan dengan tauhid, kenabian dan hari kebangkitan.
Apabila dia menyebutkan pengetahuan orang-orang sufi maka kedudukannya seperti orang yang mengambil seorang musuh kaum muslimin lalu dia pakaikan untuknya pakaian kaum muslimin.
Para ulama agama telah menginkari hal ini terhadap Abu Hamid
(Al-Ghazaly) dalam kitab-kitabnya. Sehingga mereka (para ulama)
berkata, “Penyakit (Al-Ghazaly) adalah Asy-Syifa`-yakni (kitab)
Asy-Syifa` Ibnu Sina tentang Filsafat-.”
Dan pada (Ihya`) terdapat hadits-hadits dan atsar-atsar yang lemah,
bahkan banyak yang palsu.
Dan padanya terdapat berbagai perkara dari kesalahan-kesalahan
orang-orang sufi dan kebohongan-kebohongan mereka.
Bersamaan dengan itu, juga terdapat padanya pembicaraan dari
syaikh-syaikh sufi yang arif lagi istiqamah tentang amalan-amalan hati
bersesuaian dengan Kitab dan Sunnah, dan selain dari itu berupa
perkara-perkara ibadah dan adab hal yang sesuai dengan Kitab dan
Sunnah, apa-apa yang lebih banyak dari yang tertolak darinya. Karena
itu ijtihad manusia berbeda tentang (buku ini) dan mereka
memperselisihkannya.” Selasai dari Majmu’ Al-Fatawa 10/551-552.
Adapun buku-buku mengenai Tazkiyah An-Nafs sangatlah banyak ditulis
oleh ulama salaf. Hampir setiap Kitab Sunan atau Jami menyebutkannya,
selain buku-buku khusus yang ditulis oleh para ulama dalam masalah
ini. Sehingga tidak perlu seorang mengambil dari Ihya, apalagi orang
yang belum kuat dasar keilmuan agamanya, agar tidak terpengaruh dengan
materi-materi rusak yang disebutkan oleh Ibnu Taimiyah.
Wallahu A’lam.
0 komentar:
Post a Comment