Waspada dengan Hadist Dhoif (Lemah) dan Palsu di Bulan Ramadhan
Tersebarnya Hadist-Hadist Lemah di Bulan Ramadhan
Memasuki 10 hari kedua dibulan Ramadhan ini semakin gencar para khotib shalat jumat atau penceramah pada saat sholat terawih memberikan materi tentang keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan, mereka mengingatkan kita kepada keutamaan 10 hari kedua bulan ramadhan yang merupakan turunnya maghfiroh (pengampunan) Allah kepada hamba-hambaNya. Mereka mengatakan bahwa Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda:
…. dan dia (bulan Ramadhan) bulan yang awalnya rahmat, dan tengahnya magfiroh (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka…”
“Keterangan: Sanad Hadits ini DHAIF. Karena ada seorang rawi bernama : Ali bin Zaid bin Jud’an. Dia ini rawi yang lemah sebagaimana diterangkan oleh Imam Ahmad, Yahya, Bukhari, Daruqhutni, Abi Hatim, dan lain-lain.
Dan Imam Ibnu Khuzaimah sendiri berkata : Aku tidak berhujah dengannya karena jelek hafalannya.Imam Abu Hatim mengatakan : Hadits ini Munkar !!
Periksalah kitab : Silsilah Ahaadits Dloif wal Maudluah No. 871, At-Targhib Wat-Tarhieb jilid 2 halaman 94, Mizanul I’tidal jilid 3 halaman 127.”
Di Masjid yang lain, para khotib juga menyampaikan kepada kita tentang manfaat berpuasa, yaitu berpuasa dapat memberikan kesehatan bagi kita, dengan mengatakan bahwa Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda:
”Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat”
”Keterangan: Hadits tersebut merupakan potongan dari hadits riwayat Ibnu Adi di dalam Al-Kamil (7/2521) dari jalan Nahsyal bin Sa’id, dari Ad-Dhahak dari Ibu Abbas. Nashsyal (termasuk) yang ditinggal (karena) dia pendusta dan Ad-Dhahhak tidak mendengar dari Ibnu Abbas.
Diriwayatkan oleh At-Thabrani di dalam Al-Ausath (1/q 69/Al-Majma’ul Bahrain) dan Abu Nu’aim di dalam At-Thibun Nabawiy dari jalan Muhammad bin Sulaiman bin Abi Dawud, dari Zuhair bin Muhammad, dari Suhail bin Abi Shalih dari Abu Hurairah.
Dan sanad hadits ini lemah. Berkata Abu Bakar Al-Atsram, “Aku mendengar Imam Ahmad -dan beliau menyebutkan riwayat orang-orang Syam dari Zuhair bin Muhammad- berkata, “Mereka meriwayatkan darinya (Zuhair,-pent) beberapa hadits mereka (orang-orang Syam, -pent) yang dhoif itu”. Ibnu Abi Hatim berkata, “Hafalannya jelek dan hadits dia dari Syam lebih mungkar daripada haditsnya (yang berasal) dari Irak, karena jeleknya hafalan dia”. Al-Ajalaiy berkata. “Hadits ini tidak membuatku kagum”, demikianlah yang terdapat pada Tahdzibul Kamal (9/417).
Aku (Syaikh Salim atau Syaikh Ali Hasan) katakan : Dan Muhammad bin Sulaiman Syaami, biografinya (disebutkan) pada Tarikh Damasqus (15/q 386-tulisan tangan) maka riwayatnya dari Zuhair sebagaimana di naskhan oleh para Imam adalah mungkar, dan hadits ini darinya.”
Juga ada diantara kaum muslimin yang ketika berpuasa kerjaannya tidur siang saja, bahkan ketika waktu libur, mereka tidur mulai dari shubuh sampai dzuhur dan seterusnya sehingga melalaikan sholat wajib. Kemalasan tersebut mereka anggap sebagai suatu ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kemalasan tersebut mereka sokong dengan dengan dalil hadist Rasulullah Shallahu’alaihi wa sallam yang bersabda,
”Orang yang berpuasa itu tetap didalam ibadat meskipun ia tidur di atas kasurnya”.
”Keterangan: Sanad hadits ini Maudlu’/Palsu. Karena ada seorang rawi yang bernama Muhammad bin Ahmad bin Suhail, dia ini seorang yang tukang pemalsu hadits, demikian diterangkan Imam Dzahabi di kitabnya Adl-Dluafa.
Periksalah kitab : Silsilah Ahaadist Dla’if wal Maudl’uah No. 653, Faidlul Qadir No. hadits 5125.”
Atau berdalil dengan hadist:
”Tidurnya orang yang berpuasa itu dianggap ibadah, dan diamnya merupakan tasbih, dan amalnya (diganjari) berlipat ganda, dan do’anya mustajab, sedang dosanya diampuni”
”Keterangan: Hadits ini derajadnya sangat Dla’if atau Maudlu. Karena di sanadnya ada Sulaiman bin Umar An-Nakha’i, salah seorang pendusta (baca : Faidlul Qadir No. 9293).”
0 komentar:
Post a Comment