WWW.INISIAL.CO.CC   Rasulullah bersabda (yang artinya), "Sesungguhnya Islam pertama kali muncul dalam keadaaan asing dan nanti akan kembali asing sebagaimana semula. Maka berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba')."(hadits shahih riwayat Muslim) "Berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba'). (Mereka adalah) orang-orang shalih yang berada di tengah orang-orang yang berperangai buruk. Dan orang yang memusuhinya lebih banyak daripada yang mengikuti mereka."(hadits shahih riwayat Ahmad) "Berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba'). Yaitu mereka yang mengadakan perbaikan (ishlah) ketika manusia rusak."(hadits shahih riwayat Abu Amr Ad Dani dan Al Ajurry)
Yang MEROKOK, dilarang buka blog saya...!!! image Klik! untuk mampir ke blog saya SILAKAN KLIK!
تبرئة العلامة الهرري مما افتراه عليه المدعو عبد الرحمن دمشقية في كتابه المسمى "الحبشي شذوذه وأخطاؤه"  والكتاب المسمى "بين أهل السنة وأهل الفتنة" وغيرهما من الإصدارات من مناشير وشرط  

Ancaman jika menyampaikan atau meriwayatkan hadist-hadist lemah bahkan palsu di atas ?

Ancaman jika menyampaikan atau meriwayatkan hadist-hadist lemah bahkan palsu di atas ?

Dalam masalah menyampaikan hadist lemah atau palsu para ulama membaginya menjadi dua kelompok.

  1. Menyampaikan hadist lemah dan palsu kepada ummat untuk dijelaskan kelemahan atau kepalsuan hadist tersebut. Dan ini termasuk hal yang dianjurkan, merupakan ibadah, dan salah satu bentuk cinta kepada Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam dengan membela beliau dari ucapan-ucapan yang disandarkan kepada beliau padahal bukan berasal dari beliau. Inilah bentuk membela agama Allah dan menjaga agama ini dari yang amalan-amalan atau keyakinan yang bukan berasal dari Allah dan Rasul-Nya.
  2. Menyampaikan hadist lemah dan palsu kepada ummat tidak untuk disampaikan kelemahan atau kepalsuannya melainkan untuk dijadikan dalil atau hujjah suatu amalan maka ini termasuk hal yang diharamkan oleh Allah subhanau wa ta’ala. Dari poin yang kedua ini juga di bagi menjadi dua golongan. Golongan yang pertama, mereka mengetahui bahwa itu adalah hadist yang lemah atau palsu tetapi tetap saja mereka sampaikan untuk hujjah suatu amalan, maka mereka berdosa dan akan terancam ancaman yang keras dari Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam. Beliau pernah bersabda:

“Barang siapa berdusta dengan sengaja atas namaku maka hendaknya ia mempersiapkan tempat duduknya di Neraka”. (Hadits shahih mutawatir)

Selain itu mereka juga berdosa atas bentuk penipuan kepada kaum muslimin. Golongan yang kedua, bahwa mereka tidak mengetahui apakah hadist itu shahih atau lemah bahkan palsu maka dia termasuk orang-orang yang berdosa, karena dia telah berani menisbatkan (me-nyandarkan) hadits atau riwayat kepada Nabi shallahu’alahi wa sallam tanpa ia mengetahui sumber hadits (riwayat) itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


”Cukuplah seo-rang dikatakan berdusta apabila ia menyampaikan tiap-tiap apa yang ia dengar.” [Riwayat Muslim (I/10).]

Imam Ibnu Hibban berkata dalam kitab adh- Dhu’afa’ (I/9): “Di dalam hadits ini ada ancaman bagi se-seorang yang menyampaikan setiap apa yang dia dengar sehingga ia tahu dengan seyakin-yakinnya bahwa hadits atau riwayat itu shahih.” (Lihat Tamaamul Minnah fii Ta’liq ‘alaa Fiqhis Sunnah hal. 33.)

Selain itu Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:


“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mem-punyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung-an jawabnya.” (Al-Israa’: 36)


Imam an-Nawawi pernah berkata: “Bahwa tidak halal berhujjah bagi orang yang mengerti hadits hingga ia tidak tahu, dia harus bertanya kepada orang yang ahli.” (Lihat Qawaaidut Tahdits min Fununi Musthalahil Hadits hal. 115 oleh Syaikh Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, tahqiq dan ta’liq Muhammad Bahjah al-Baithar)

Maka jelaslah dengan apa yang disebutkan (diatas), bahwa tidak diperbolehkan menyebarkan hadits-hadits dan riwayat-riwayatnya tanpa tasabbut (mencari informasi tentang kebenarannya). Dan barang siapa melakukan perbuatan itu (menyebarkan hadits tanpa mencari kejelasan tentang kebenarannya terlebih dahulu) maka ia terhitung berdusta atas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Yang bisa dipetik dari pembahasan di atas

  1. Banyaknya hadist-hadist yang lemah bahkan palsu tentang keutamaan puasa Ramadhan yang tersebar di kalangan kaum muslimin.
  2. Bolehnya menyampaikan hadist lemah atau palsu untuk dijelaskan kelemahan atau kepalsuannya.
  3. Larangan menyampaikan hadist lemah atau palsu untuk dijadikan hujjah suatu amalan, dan ancaman terhadap yang menyampaikannya.
  4. Hendaknya kaum muslimin selalu memeriksa kebenaran atau keshahihan suatu hadist sebelum disampaikan kepada yang lain.
  5. Hendaknya para da’i atau penceramah untuk mencukupkan dengan dalil-dalil shahih yang juga telah banyak diketahui yang berkaitan tentang keutamaan bulan Ramadhan.

0 komentar:

Labels

comment

Artikel cari disini

Download E book

Hire Me Direct
eXTReMe Tracker